Lukisan Nina Fajariyah Hiasi Cover Buku

NINA 3

Nina Fajariyah di sisi karya instalasinya di pameran seni rupa bertajuk Sang Subyek yang diselenggarakan oleh Komunitas 22 Ibu, di Bali pada 21-30 April 2018. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

SEJUMLAH karya lukis perempuan yang satu ini beberapa kali menghiasi halaman muka atau cover buku. Bakat melukisnya sudah mulai terlihat sejak di usia dini.

“Saya tertarik dengan aktivitas mencorat coret dari usia dini, namun saya lebih menekuni teater dan puisi semasa kecil dan remaja,” ujar perempuan muda kelahiran Jakarta, 18 Agustus 1982 ini.

Nina Fajariyah, demikian nama perempuan itu, mengaku darah seni sudah mengalir di tubuhnya. Orang tua Nina juga menyukai seni, bahkan Nina masih termasuk cicit dari pelukis kakak beradik Agus Djaya dan Otto Djaya.

“Buyut saya Tubagus Mamun adalah kakak dari Tubagus Djaya Suminta (Agus Djaya) dan Tubagus Otto Djaya Suntara (Otto Djaya),” sebut Nina, Kamis (26/4/2018).

Saat Nina masuk perguruan tinggi, dunia seni rupa kembali ia tekuni. Apalagi Nina mengambil kuliah Seni di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). “Ketika saya kuliah di UNJ, barulah saya lebih mendalami bidang seni rupa terutama seni lukis,” imbuh guru SMA Negeri 72 Jakarta ini.

NINA 2

Nina Fajariyah bersama karya lukisannya di pameran seni rupa bertajuk Sang Subyek yang diselenggarakan oleh Komunitas 22 Ibu, di Bali pada 21-30 April 2018. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

Menurut Nina, tidak mudah untuk menjadi seorang seniman. Dia juga enggan menyebut diri sebagai seorang seniman. Karena seorang seniman, lanjut Nina, dituntut untuk memiliki kedisiplinan berkarya. Sementara Nina masih memprioritaskan tugasnya sebagai seorang guru.

“Dalam skala prioritas saya, kegiatan mengajar saya masih yang utama. Dan disela-sela kesibukan itulah saya baru bisa meluangkan waktu untuk melukis, lebih banyak mengandalkan mood dulu untuk memulai berkarya,” tuturnya.

Kebanyakan hasil karya Nina dikoleksi oleh keluarga dan teman-teman. Ada juga beberapa karya yang menjadi cover ilustrasi buku, seperti buku Mengunyah Geram (Seratus Puisi Melawan Korupsi) yang merupakan antologi puisi anti korupsi, hasil kerja sama dengan KPK ( 2017), kemudian buku Antologi Puisi 5 Negara (2017), dan novel Romansa Gayo dan  Bordeaux karya Win Wan Nur (2018).

NINA 5

Lukisan karya Nina Fajariyah untuk cover buku. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

Pada pameran seni rupa bertajuk Sang Subyek yang diselenggarakan oleh Komunitas 22 Ibu di Bali pada 21-30 April 2018, perempuan penyuka batik dan beberapa kali menjadi pelatih pada workshop batik, ini turut mengikuti pameran mengambil judul: Bounding. Karya dibuat di atas katun sutra dengan teknik batik gutha tamarin. Melukiskan ibu dan anak-anaknya yang sedang melakukan kegiatan menyisir rambut.

Menurut Nina, kegiatan menyisir rambut ini kerap terjadi di masyarakat Indonesia, di mana akan terbentuk suatu ikatan batin antara ibu dan anak-anaknya. Nina juga membuat karya instalasi kelompok yang dikerjakan bersama kedua teman satu almamater di UNJ jurusan Seni Rupa, Dina Lestari dan Siti Wardiyah.

Untuk karya instalasi, Nina bersama kedua kawannya itu mengangkat tema Nenek Moyang Seorang Pelaut yang lekat dengan budaya matrineal yang menjunjung tinggi dan menghormati figur perempuan.

“Di karya ini kami ingin menampilkan perempuan yang bebas dan mandiri,” tandas Nina yang aktif mengajar sebagai guru dan kerap mengikuti pameran seni rupa ini.

NINA 7

Nina Fajariyah, guru yang gemar melukis dan mengikuti pameran seni rupa. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

Dia menambahkan, kapal diibaratkan kehidupan di mana terkadang kapal menemui karang dan ombak seperti kehidupan yang turun naik. Dan, perempuan sebagai pelaut yang memegang kendali atas dirinya sendiri dan dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

Sebelum mengikuti pameran di Bali, pada tahun yang sama, Nina terbang mengikuti Sekolah Indonesia Tokyo Japan, art exihibition. Pada tahun 2017, tercatat ada empat event, seperti Bertegur Sapa Bertukar Karya di Gedung Sarinah Ekosistem, Indonesian Exhibition Environment and Eco Tourism: Asean Japan Centre Tokyo, Galeri Thiempo Iberaamericano Fukuoka Japan, dan Power of Silent: pameran bersama Komunitas 22 Ibu di Bandung.

Dalam rentang 2001 hingga 2005, Nina mencatat mengikuti sebanyak empat kali pameran, yakni Wood Cut Exhibition UNJ, Jambore Art Festival Ancol, Sketching Exhibition UNJ, dan Rewind Art Exhibition.

Bergiat di Komunitas 22 Ibu

Tak hanya mengikuti sejumlah pameran, Nina juga bergabung dan aktif di Komunitas 22 Ibu. Komunitas ini dibangun oleh para Ibu berlatar akademik sebagai pendidik dari lintas institusi, seniman dan desainer yang memiliki kesamaan berkarya seni, pameran, workshop, wisata kuliner, gathering, berfoto selfie-fotobersama, dan travelling.

Para ibu yang berasal dari lintas profesi ini tinggal di Bandung-Jakarta–Purwakarta-Banten-Cimahi-Tanggerang-Bekasi-German memiliki ikatan emosi yang kuat karena berasal dari latar belakang pendidikan akademik yang sama -seni rupa- dan lintas generasi.

Dijelaskan Nina, Komunitas 22 Ibu awalnya diinisiasi oleh Ariesa Pandanwangi dan Sri Sulastri yang sepakat untuk mengadakan pameran seni rupa, yang berkembang menjadi sebuah gagasan untuk mengaitkan dengan salah satu event nasional -Hari Kartini-yakni pada 21 April 2013 lalu.

IBU PELUKIS

Nina Fajariyah bersama Komunitas 22 Ibu, di Bali. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

Tak hanya mengadakan pameran, Komunitas 22 Ibu juga mengikuti sejumlah pameran lain baik tingkat nasional ataupun international. Selain itu, juga menjalin kerjasama antar-institusi.

Kegiatan lainnya, berupa pengabdian kepada masyarakat, seperti memberikan workshop peningkatan keterampilan pengelolaan daur ulang bagi para perempuan di daerah pinggiran, workshop batik di dalam dan di luar negeri, ataupun mengadakan lomba-lomba yang diikuti oleh banyak lapisan masyarakat.

Komunitas 22 Ibu menjalin keakraban melalui kegiatan workshop saling berbagi ilmu pengetahuan, saling silahturahmi, berbuka bersama dalam kegiatan Ramadhan, pembuatan video klip, research, penulisan buku seni rupa, pengabdian kepada masyarakat dan traveling ke beberapa kota di Indonesia. [MH]

NINA 4

Pengunjung pameran seni rupa bertajuk Sang Subyek yang diselenggarakan oleh Komunitas 22 Ibu, di Bali pada 21-30 April 2018. -Foto: Ist/Makmun Hidayat

Tinggalkan komentar